Asal-Usul Terasi: Dari Bumbu Dapur hingga Simbol Kemerdekaan

Sabtu, 27 April 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Illustrasi Raja-Raja.(ist)

Illustrasi Raja-Raja.(ist)

TANGERANGNEWS.CO.ID | Cirebon, sebuah kota yang kaya sejarah di Jawa Barat, dikenal sebagai pelopor dalam pembuatan terasi, bumbu khas yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Indonesia. Dilansir dari Carita Purwaka Caruban Nagari, Ki Danusela bersama istrinya, Nyi Arumsari, adalah tokoh pertama yang diketahui membuat terasi pada abad 14-15. Terasi, yang merupakan bumbu dasar dalam banyak masakan, dibuat dari udang kecil yang dikenal sebagai rebon, nasi yang ditumbuk, garam, dan beberapa bahan rahasia lainnya.

Baca Juga :  Pembenahan Lingkungan: Puluhan Bangli di Desa Kohod Ditertibkan demi Kenyamanan Warga

Selain terasi, Ki Danusela dan Nyi Arumsari juga menciptakan petis, meningkatkan reputasi Cirebon sebagai penghasil garam unggulan di tanah Sunda kala itu. Kemampuan mereka dalam membuat terasi dan petis kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya, termasuk kepada Pangeran Walangsungsang dan Kencana Larang.

Menurut tradisi yang diceritakan, keberadaan terasi tidak hanya penting dalam kuliner tetapi juga memainkan peran dalam dinamika sosial dan politik. Terasi dipercaya berasal dari kata “Asih,” yang artinya disukai oleh raja. Hidangan para bangsawan atau raja dibedakan dengan hidangan rakyat jelata melalui penggunaan terasi, yang harganya sangat mahal dan terbatas pada kalangan atas.

Puncak sejarah terasi dan pengaruhnya terhadap kemerdekaan Cirebon ditandai dengan sebuah insiden di mana Cakra Ningrat, raja dari Kerajaan Rajagaluh, merasakan kekurangan dalam makanannya dikarenakan tidak adanya terasi. Kejadian itu mengarah pada penemuan bahwa Cirebon telah menghentikan pengiriman upeti terasi, petis, dan garam sebagai simbol kemerdekaannya dari Rajagaluh pada tahun 1482.

Baca Juga :  Sejarah Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan: Warisan Daendels dan Konflik Kekuasaan

Peristiwa penghentian pengiriman upeti ini tidak hanya menandai awal kemerdekaan Cirebon tetapi juga menegaskan pentingnya terasi dalam warisan budaya dan kuliner Indonesia. Sampai hari ini, terasi tetap menjadi bumbu utama dalam banyak hidangan tradisional, sekaligus mengingatkan kita akan sejarah panjang dan kaya dari tanah Sunda.(wld)

Berita Terkait

Kisah Heroik dan Misteri Kepala Hilang Demang Lehman, Simbol Perlawanan Kalimantan Terhadap Kolonial Belanda
Mengungkap Sosok Kartika Sinumping, Mengenal Lebih Dekat Prajurit Wanita Elit Majapahit
Sejarah Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan: Warisan Daendels dan Konflik Kekuasaan
Berita ini 61 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 21 Agustus 2024 - 21:17 WIB

Kisah Heroik dan Misteri Kepala Hilang Demang Lehman, Simbol Perlawanan Kalimantan Terhadap Kolonial Belanda

Jumat, 10 Mei 2024 - 11:23 WIB

Mengungkap Sosok Kartika Sinumping, Mengenal Lebih Dekat Prajurit Wanita Elit Majapahit

Sabtu, 27 April 2024 - 21:47 WIB

Sejarah Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan: Warisan Daendels dan Konflik Kekuasaan

Sabtu, 27 April 2024 - 10:11 WIB

Asal-Usul Terasi: Dari Bumbu Dapur hingga Simbol Kemerdekaan

Berita Terbaru

Uncategorized

Gempa Bumi Guncang Garut, Ratusan Rumah Rusak

Senin, 9 Des 2024 - 11:14 WIB