INFOPUBLIK.CO – Dunia maya di China diramaikan dengan berita mundurnya Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dari pencalonan dalam pemilihan presiden AS November mendatang. Pengguna media sosial di Negeri Tirai Bambu tampaknya mulai memprediksi kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.
Tagar “Biden exit” telah mendapatkan perhatian besar dengan 370 juta tampilan sejak diunggah pada Senin siang waktu setempat, menandakan tingginya minat publik. Sementara itu, tagar “Harris praising Biden”, yang merujuk pada dukungan Wakil Presiden AS Kamala Harris terhadap Biden, juga tidak kalah populer dengan 57 juta tampilan.
Diskusi di media sosial menunjukkan skepsis terhadap kemungkinan Harris menggantikan Biden sebagai calon dari Partai Demokrat. “Apakah ini berarti Trump akan menang?” tanya salah satu pengguna Weibo, menunjukkan kekhawatiran dan spekulasi tentang dampak perubahan ini terhadap perekonomian global dan khususnya China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Walaupun Kamala Harris merupakan salah satu favorit untuk pencalonan dari Partai Demokrat, banyak warga China yang merasa tidak begitu mengenalnya. Ini berbeda dengan Gubernur California, Gavin Newsom, yang juga menjadi calon potensial dari Partai Demokrat dan telah berkunjung ke China, mendapat sambutan hangat dari publik.
Sebuah jajak pendapat yang dirilis di Weibo pada hari Senin menunjukkan bahwa 80% dari 12.000 responden percaya bahwa Trump akan mengalahkan Harris dalam pemilu mendatang. “Trump siap menang! Ini adalah momen yang sempurna,” tulis seorang pengguna, menggambarkan antusiasme yang tinggi terhadap kemungkinan kembalinya Trump.
Di sisi lain, terdapat pula perhatian khusus terhadap Kamala Harris dari media pemerintah, seperti Guangzhou Daily, yang menyoroti latar belakangnya sebagai keturunan Asia. Analis Tang Xiaoyang dari Universitas Tsinghua berkomentar, “Kebijakannya terhadap China selama pemilu mungkin akan menyimpang dari ideologi umum Partai Demokrat, tetapi dalam jangka pendek Kamala kemungkinan tidak akan mengembangkan strategi yang sangat tepat sasaran terhadap China.”
Peristiwa ini menandakan sebuah momen kritis dalam politik Amerika yang juga berdampak signifikan terhadap dinamika geopolitik global, khususnya hubungan Sino-Amerika.(wld)