INFOPUBLIK.CO – Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO Telegram, platform pesan instan yang populer, ditangkap oleh otoritas keamanan di Bandara Le Bourget, Paris, pada Sabtu malam. Penangkapan ini terjadi sekitar pukul 20.00 waktu setempat saat Durov sedang dalam perjalanan menggunakan jet pribadinya.
Menurut laporan kepolisian setempat, penangkapan Durov adalah tindakan awal dalam rangka penyelidikan yang lebih luas terhadap Telegram. Aplikasi ini dituduh kurang efektif dalam memoderasi konten yang berpotensi melanggar hukum, sehingga meningkatkan risiko aksi kriminal melalui penggunaannya.
Telegram, yang telah menjadi aplikasi komunikasi utama di negara-negara seperti Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, menghadapi peningkatan pengawasan sejak konflik antara Rusia dan Ukraina pada tahun 2022. Selama periode tersebut, aplikasi ini terus menerus dianggap sebagai kanal utama untuk konten yang tidak terfilter dan terkadang menyebarkan informasi yang menyesatkan yang berdampak pada pandangan publik mengenai konflik tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penangkapan ini memicu perdebatan global mengenai tanggung jawab platform media sosial dalam mengatur konten yang dibagikan penggunanya, terutama dalam konteks keamanan nasional dan integritas informasi. Isu ini semakin menarik perhatian karena Telegram dikenal dengan kebijakan privasinya yang kuat, yang sering kali membuat platform tersebut berada dalam posisi sulit dalam keseimbangan antara kebebasan berbicara dan kebutuhan regulasi.
Perwakilan dari Telegram belum memberikan tanggapan resmi terhadap penangkapan ini. Namun, komunitas online dan pengguna aplikasi telah mulai menyuarakan dukungan mereka terhadap Durov, menganggap penangkapan tersebut sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara dan privasi.
Kejadian ini diperkirakan akan mengundang lebih banyak diskusi dan mungkin tindakan hukum terkait dengan cara platform digital mengelola konten dan memenuhi tuntutan hukum, sambil tetap menjaga privasi dan hak asasi penggunanya.(red)