INFOPUBLIK.CO – Calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, berjanji akan berusaha mengakhiri perang di Jalur Gaza dan memperbaiki situasi di Lebanon jika ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Pernyataan ini disampaikan dalam kampanye terbarunya di Michigan, hanya beberapa hari sebelum Amerika Serikat menggelar pemilihan umum pada 5 November 2024.
Dalam kampanyenya, Harris menyoroti kesulitan yang terjadi di Timur Tengah, khususnya kerusakan yang parah dan korban jiwa yang besar di Gaza, serta dampak konflik yang merembet ke Lebanon. “Tahun ini sangat sulit, mengingat besarnya korban jiwa dan kehancuran di Gaza serta korban sipil dan pengungsian di Lebanon,” ujar Harris.
Menurutnya, sebagai presiden, ia akan “melakukan segala yang saya bisa untuk mengakhiri perang di Gaza, membawa pulang para sandera, mengakhiri penderitaan di Gaza, memastikan keamanan Israel, serta menjamin hak rakyat Palestina untuk bermartabat, merdeka, aman, dan memiliki penentuan nasib sendiri.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan tersebut disambut dengan tepuk tangan meriah dari hadirin yang memenuhi acara kampanye tersebut, menandakan dukungan kuat dari para pendukungnya. Michigan, yang memiliki komunitas Arab dan Muslim yang besar, menjadi salah satu dari tujuh negara bagian krusial yang dapat menentukan hasil pemilu ini.
Survei terkini yang dikompilasi oleh RealClearPolitics menunjukkan pertarungan ketat antara Harris dan mantan Presiden serta kandidat Partai Republik, Donald Trump. Keduanya hampir seimbang, dengan Trump unggul tipis 0.1 persen secara nasional.
Harris dan Trump telah menghabiskan banyak waktu untuk berkampanye di negara-negara bagian kunci, termasuk Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin—yang dikenal sebagai “tembok biru” karena tradisionalnya merupakan basis Demokrat namun sempat direbut oleh Trump pada pemilihan tahun 2016 sebelum kembali ke tangan Demokrat di bawah Joe Biden pada tahun 2020.
Dengan pemilihan umum yang dijadwalkan pada hari Selasa, 5 November, lebih dari 78 juta warga Amerika telah menggunakan hak pilih mereka melalui voting lebih awal, dengan jumlah pemilih Demokrat melebihi Republik sekitar 700.000 orang, menurut data dari University of Florida Election Lab.
Sumber Berita : Anadolu