INFOPUBLIK.CO — Dalam gerakan strategis yang menandai intensifikasi kehadiran militernya di Asia Pasifik, Prancis mengumumkan rencana untuk mengerahkan armada kapal induknya, Charles de Gaulle, ke kawasan tersebut. Keputusan ini merupakan bagian dari serangkaian latihan yang telah dilakukan selama beberapa minggu terakhir di Mediterania.
Menurut laporan terbaru dari Radio Free Asia, Angkatan Laut Prancis telah melaksanakan sesi pelatihan intensif dari tanggal 4 hingga 25 Oktober. “Awak kapal kini tengah melakukan persiapan logistik dan operasional yang diperlukan,” ungkap sumber Angkatan Laut. Meskipun belum diungkapkan secara spesifik, kawasan penempatan berikutnya untuk Charles de Gaulle bersama kelompok tempur kapal induknya mencakup Mediterania Timur, Laut Merah, dan Samudra Hindia, dengan kemungkinan menjelajah hingga ke Samudra Pasifik.
Naval News melaporkan bahwa ini akan menjadi kunjungan pertama yang bersejarah bagi kelompok penyerang kapal induk Prancis ke Jepang dan Filipina, menunjukkan peningkatan keterlibatan Prancis di kawasan ini. Kelompok ini akan melibatkan berbagai elemen kekuatan laut, termasuk kapal perang, kapal selam serang bertenaga nuklir, dan kapal pendukung logistik, serta komponen udara yang mencakup pesawat E-2C Hawkeye AEW, jet Rafale Marine, dan helikopter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam sebuah wawancara, seorang perwira tinggi Prancis menonjolkan bahwa sekitar 3.000 pelaut dan penerbang akan terlibat dalam operasi ini, dengan fokus pada latihan keamanan maritim di selat Indonesia dan latihan multinasional. Prancis, yang memiliki sejarah panjang keterlibatan di Pasifik, terus memperkuat hubungan militernya melalui berbagai kesepakatan senjata dengan negara-negara seperti Indonesia dan Singapura, serta proyek terbaru senilai US$438 juta untuk mendukung Penjaga Pantai Filipina.
Namun, keputusan Prancis ini mendapat tanggapan skeptis dari China. Melalui Global Times, Beijing menyatakan keprihatinannya terhadap apa yang dilihat sebagai manuver untuk memperluas pengaruh NATO di Asia-Pasifik, yang dianggap bisa merusak kestabilan regional. “Kehadiran militer asing hanya akan menyulut ketegangan dan memperburuk situasi keamanan di Asia Pasifik,” ujar Zhang Junshe, seorang pakar militer China kepada Global Times.
Kehadiran militer yang ditingkatkan ini menunjukkan komitmen Prancis dalam memperkuat peran strategisnya di Asia Pasifik, sekaligus menambah dinamika kekuatan global di kawasan yang strategis ini.(red)