Kebangkitan Pers Nasional: Warisan Marco Kartodikromo dalam Sejarah Jurnalisme Indonesia

Minggu, 9 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

INFOPUBLIK.CO – Seiring dengan diterapkannya Politik Etis dan meningkatnya pendidikan bagi kaum pribumi, Indonesia menyaksikan munculnya semangat kebangsaan baru. Semangat ini, yang tumbuh dari cita-cita bangsa terjajah, menjadi katalisator lahirnya tokoh-tokoh pers yang memperjuangkan nasionalisme. Di antara mereka, nama Marco Kartodikromo, atau dikenal sebagai “Mas Marco,” bersinar terang dalam sejarah jurnalisme Indonesia.

Tony Firman, dalam skripsinya di Universitas Brawijaya berjudul “Marco Kartodikromo: Tokoh Jurnalis Zaman Pergerakan dari Blora,” menggambarkan kiprah Marco sebagai sosok sentral yang memberi warna pada berbagai surat kabar pribumi seperti Doenia Bergerak, Sarotomo, dan Sinar Hindia. Tulisannya yang tajam dan berani, sering menggunakan bahasa Melayu Rendahan, berhasil menggugah semangat perlawanan sambil membuat pemerintah kolonial geram.

Baca Juga :  Honda Pamerkan Tiga Model Legendaris di Indonesia Modification & Lifestyle Expo (IMX) 2024

Marco tak hanya dikenal dengan tulisan-tulisannya, tetapi juga dengan perannya sebagai pendiri organisasi jurnalis pribumi pertama, Inlandsche Journalisten Bond (IJB) di Surakarta pada 1914. Organisasi ini menjadi wadah bagi jurnalis pribumi untuk menyuarakan aspirasi dan kritik terhadap pemerintah Belanda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Inspirasi Marco banyak berasal dari dua tokoh besar, Soewardi Soeryaningrat dan Tirto Adhi Soerjo, yang turut membentuk visi dan keberaniannya. Marco mengikuti jejak Tirto dengan mendirikan surat kabar Doenia Bergerak, menjadikannya platform untuk menyuarakan perlawanan dan menyebarkan narasi kebangkitan nasional.

Baca Juga :  Pj Bupati Tangerang, Andi Ony, Resmikan Puskesmas Kelapa Dua yang Baru

Namun, keberanian Marco dalam menulis membawa konsekuensi berat. Pada 1914, ia terjerat kasus persdelict setelah menolak mengungkap identitas penulis anonim yang mengkritik pemerintah Belanda. Meski dipenjara, semangatnya tak pernah padam. Dari balik jeruji, Marco melanjutkan karyanya, termasuk roman “Mata Gelap.”

Karya dan perjuangan Marco terus menggema hingga tahun 1926, memicu lahirnya organisasi-organisasi politik yang memperjuangkan kemerdekaan. Namun, pada 1927, pemerintah kolonial menganggap pergerakan Marco membahayakan stabilitas politik, mengasingkannya ke Boven Digoel.

Baca Juga :  1.273 Aparat Amankan Jakarta dari Aksi Massa di Tengah Putusan MK yang Kontroversial

Di pengasingan, Marco tetap teguh hingga akhir hayatnya pada 19 Maret 1932. Meski telah tiada, pusaranya di Tanah Tinggi, Boven Digoel, tetap terjaga sebagai simbol perjuangannya.

Hari ini, Marco Kartodikromo dikenang sebagai sosok penting dalam sejarah pers nasional, meninggalkan warisan keberanian dan semangat perlawanan yang terus menginspirasi generasi penerus jurnalis Indonesia.(PW)

Berita Terkait

Iyus Ukir Sejarah: WNI Pertama Jadi Sopir Bus di Jepang, Buka Peluang Baru!
Penemuan Mengejutkan Tentang Prajurit Perang Dunia II yang Dikubur Tanpa Otak
Kisah Heroik dan Misteri Kepala Hilang Demang Lehman, Simbol Perlawanan Kalimantan Terhadap Kolonial Belanda
Mengungkap Sosok Kartika Sinumping, Mengenal Lebih Dekat Prajurit Wanita Elit Majapahit
Sejarah Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan: Warisan Daendels dan Konflik Kekuasaan
Asal-Usul Terasi: Dari Bumbu Dapur hingga Simbol Kemerdekaan
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 11 Februari 2025 - 20:19 WIB

Iyus Ukir Sejarah: WNI Pertama Jadi Sopir Bus di Jepang, Buka Peluang Baru!

Minggu, 9 Februari 2025 - 21:23 WIB

Kebangkitan Pers Nasional: Warisan Marco Kartodikromo dalam Sejarah Jurnalisme Indonesia

Sabtu, 25 Januari 2025 - 04:58 WIB

Penemuan Mengejutkan Tentang Prajurit Perang Dunia II yang Dikubur Tanpa Otak

Rabu, 21 Agustus 2024 - 21:17 WIB

Kisah Heroik dan Misteri Kepala Hilang Demang Lehman, Simbol Perlawanan Kalimantan Terhadap Kolonial Belanda

Jumat, 10 Mei 2024 - 11:23 WIB

Mengungkap Sosok Kartika Sinumping, Mengenal Lebih Dekat Prajurit Wanita Elit Majapahit

Sabtu, 27 April 2024 - 21:47 WIB

Sejarah Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan: Warisan Daendels dan Konflik Kekuasaan

Sabtu, 27 April 2024 - 10:11 WIB

Asal-Usul Terasi: Dari Bumbu Dapur hingga Simbol Kemerdekaan

Berita Terbaru