INFOPUBLIK.CO, Moskow | Pemerintah Rusia melalui juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan kecaman keras terhadap upaya pembunuhan yang menarget mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kejadian tragis tersebut berlangsung saat Trump sedang berpidato di Pennsylvania, mengundang reaksi internasional termasuk dari Rusia.

Peskov dalam keterangannya yang dikutip AFP menyatakan, “Rusia mengutuk keras setiap contoh kekerasan dalam konteks persaingan politik.” Lebih lanjut, ia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas dalam serangan tersebut dan berharap kesembuhan cepat bagi yang terluka.

Baca Juga :  Kontroversi di Internal PWI Banten, Kartu Anggota Tak Berlaku Picu Polemik

Menurut Peskov, serangan terhadap Trump sudah dapat diprediksi mengingat serangkaian upaya hukum dan politik untuk menggulingkannya dari arena politik. “Jelas bagi semua pengamat luar bahwa hidup Trump dalam bahaya,” tambahnya.

Peskov menegaskan bahwa pihaknya tidak percaya bahwa upaya pembunuhan tersebut diorganisir oleh kekuatan yang berkuasa saat ini. Hal senada juga dikatakan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, yang mengaitkan insiden tersebut dengan kebijakan AS yang menurutnya menghasut kebencian.

Baca Juga :  PPP : Helmy Halim Tokoh Pers yang Sukses

Zakharova melalui platform Telegram menyarankan AS untuk menggunakan dana lebih bijak, seperti membiayai kepolisian dan layanan lain yang bertujuan untuk menjaga hukum dan ketertiban di negaranya.

Komentar ini muncul setelah AS, dalam pertemuan puncak peringatan 75 tahun NATO, mengumumkan pengiriman jet tempur F-16 ke Ukraina, yang menimbulkan kemarahan Rusia.

Baca Juga :  Pesawat Trigana Tergelincir di Bandara Kamanap Serui, 42 Penumpang Selamat

Pada hari kejadian, Trump yang mengenakan kemeja putih dan blazer serta topi “Make America Great Again” sedang berbicara tentang imigrasi ilegal ketika tiba-tiba pidatonya terputus oleh suara tembakan. Trump mengalami luka dan segera dievakuasi, sementara pelaku penembakan dilaporkan tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan.

Insiden ini meningkatkan ketegangan politik di AS menjelang pemilihan presiden mendatang, serta menyoroti kembali isu keamanan dan kestabilan politik global.(wld)