INFOPUBLIK.CO | Sebuah kisah nyata yang tak kalah dramatis dari film Hollywood! Pada tahun 1970-an, Walikota Fudai, Kotoku Wamura, dicerca habis-habisan karena membangun bendungan dan floodgate setinggi lebih dari 15 meter dengan biaya miliaran yen. Proyek yang memakan waktu lebih dari satu dekade ini sempat dicap “buang-buang uang” oleh warga dan dewan kota. Wamura bahkan dikenal sebagai sosok keras kepala yang lebih sering dihina daripada dihargai hingga akhir hayatnya pada 1997.

Baca Juga :  Kebangkitan Pers Nasional: Warisan Marco Kartodikromo dalam Sejarah Jurnalisme Indonesia

Namun, sejarah membalikkan semuanya. Pada 11 Maret 2011, tsunami dahsyat setinggi 20 meter menggulung pesisir timur Jepang, menghancurkan banyak kota dan menelan ribuan korban jiwa. Saat bencana mengamuk, Fudai menjadi satu-satunya kota pesisir yang tetap kokoh berdiri nyaris tanpa kerusakan — hampir seluruh dari 5.000 warganya terselamatkan!

Baca Juga :  Kasus Pembunuhan WNI di Jepang: KBRI Tokyo Koordinasi Intensif dengan Kepolisian Isesaki

“Bendungan yang dulu dianggap sia-sia, kini menjadi penyelamat kami,” tutur salah satu warga Fudai dengan penuh haru.

Kini, nama Kotoku Wamura dipuja sebagai pahlawan visioner. Keberaniannya mengambil keputusan tak populer demi keselamatan rakyat terbukti menyelamatkan masa depan Fudai. Monumen dan kisahnya diperbincangkan di seluruh Jepang, bahkan dunia, sebagai bukti pentingnya pemimpin berwawasan jauh ke depan.

Baca Juga :  Peneliti Jepang Pecahkan Rekor Internet Tercepat di Dunia: 1,02 Juta Petabit per Detik!

Dari yang dicemooh menjadi legenda, kisah Wamura mengingatkan kita: kadang, keberanian melawan arus demi kebaikan bersama adalah warisan terbesar bagi generasi penerus.(els)